Sejarah Ilmu Sidik Jari (Dermatoglyphics)

Banyak orang awam yang salah berpendapat bahwa analisa sidik jari hanyalah ramalan belaka. Faktanya, ilmu yang mempelajari tentang guratan serta pola yang terdapat pada sebuah sidik jari merupakan kajian ilmiah selama ratusan tahun oleh beberapa ilmuwan dan telah diadopsi ke dalam berbagai macam kepentingan.

Contohnya; sebagai petunjuk identitas seseorang yang banyak diterapkan oleh institusi penegak hukum di seluruh dunia, termasuk POLRI. Hal tersebut dimungkinkan karena sifat dari pola sidik jari yang sangat unik (tidak pernah ada sidik jari yang sama persis) bahkan bagi jika mereka adalah sepasang kembar identik sekalipun.

Penelitian tentang sidik jari (*bahasa ilmiah: Dermatoglyphics) kemudian mulai dikembangkan kepada sifat-sifat bawaan manusia, atau karakter DNA seseorang. Selain unik, ternyata guratan serta pola sidik jari juga merupakan manifestasi dari sel-sel syaraf di dalam otak manusia. Hal tersebut terkait dengan Karakter, Bakat, Potensi, Kekuatan-Kelemahan, Minat, Pola Belajar, serta sifat-sifat inborn talent lainnya.

Berikut beberapa ringkasan sejarah perkembangan ilmu Dermatoglyphics di seluruh dunia;

Tim awal peneliti yang mempelajari Studi Dermatoglyphics 
  • Katherin St. Hill dan beberapa ahli lainnya membentuk LCS (London Cheirological Socity) di London pada tahun 1890, dan mencoba untuk menambah dan meningkatkan penelitian mengenai kulit luar telapak tangan manusia. Hal ini dimaksudkan untuk membawa penelitian tersebut pada tingkat ilmiah yang lebih bergengsi. LCS mempublikasikan majalah “The Palmist”
  • Beryl Hutchinson dan Noel Jaquin membentuk The Society for Study of Physiological Patterns (SSPP), sebuah lembaga psikologi sosial yang melakukan penelitian secara luas mengenai dermatoglyphics, tulisan tangan manusia dan lainnya guna membangun korelasi antara dermatoglyphics dengan ciri-ciri kepribadian seseorang. 
  • Richard Unger membentuk The International Institute of Hands Analysis, sebuah asosiasi internasional yang menganalisis tangan manusia. Institusi ini menghasilkan sebuah jurnal “Hand's Analysis Journal”
Perkembangan dasar dari  Studi Dermatoglyphics
  • Pada tahun 1823, seorang ahli fisika dan biologi dari Republik Ceko, bernama Johannes Evangelista Purkinje mulai meneliti garis-garis yang menonjol dari kulit telapak tangan dan kaki manusia. Melalui penelitian ini Johannes mencoba men-sistem-atiskan hubungan antara bentukan garis tersebut dengan otak seseorang.
  • Pada tahun 1880, Nature Journal, mempublikasikan dua artikel yang ditulis oleh Henry Faulds dan Prof. WJ Herscel. Artikel tersebut merekomendasikan penggunaan sidik jari sebagai cara yang unik untuk mengidentifikasi manusia. 
  • Pada tahun 1892, Sir Francis Galton dalam penelitiannya menunjukkan bahwa dermatoglyphics mengungkapkan adanya hubungan genetis (sebagai contoh; antara saudara kandung dan saudara kembar). Francis mengklasifikasikannya sebagai bagian dari hubungan keluarga. 
  • Pada tahun 1902, seorang sarjana Amerika, Harris Hawthorne Wilder membentuk sebuah studi mengenai fondasi sistemik tentang pola (morfologi), genetika. Sebuah penelitian mengenai telapak tangan dan sidik jari dari berbagai ras  dalam waktu yang sama, dan membangun sebuah fondasi untuk kemantapan studi dermatoglyphics selanjutnya.
  • Tahun 1926, Prof DR. Harold Cummins memimpin area penelitian ini dan mengajukan istilah Dermatoglyphics sebagai sebuah kata benda dalam mempelajari sidik jari di lingkungan morfologi Amerika. Karenanya, “Dermatoglyphics” secara resmi menjadi pengetahuan profesional dalam ranah penelitian.
Pada saat yang sama, selama penelitiannya, Prof DR. Harold Cummins menemukan bahwa anomaly atau kelainan dalam kromosom menunjukkan keabnormalan atau kelainan pada sidik jari penderitanya.
  • DR Walker, selama melakukan riset panjangnya dapat mengetahui bahwa Down Syndrom dapat di deteksi melalui dermatoglyphics. Kromosom pada orang yang memiliki kelainan otak semuanya memiliki kelainan pula pada sidik jarinya (dermatoglyps-nya). Hal inilah yang dewasa ini digunakan sebagai indeks dan tolak ukur untuk menentukan kelainan kromosom dan otak manusia. Akurasinya mencapai 70%.
Melalui penelitian extensive selama bertahun-tahun yang dilakukan oleh para ahli medis dan ilmuwan melalui perbandingan, analisis, dan klasifikasi, terlihat bahwa jumlah dan kualitas dari sel-sel otak di-distribusikan kebagian-bagian berbeda dari otak,  dan dapat dihitung melalui pengambilan sample dan perhitungan sidik jari.
  • Prof Penfield ahli bedah otak asal Canada sekitar tahun 1950 juga menjelaskan hubungan yang sangat erat antara sidik jari dengan bagian-bagian otak. Beliau menggambarkannya dalam sebuah bagan “Bagian Tubuh dan Manajemen Bagian Otak”
  • Tahun 1958, Noel Jaquin meneliti dan menemukan bahwa setiap sidik jari berhubungan dengan setiap tipe kepribadian.
  • Ahli medis asal Jepang, DR Ueno mengemukakan bahwa “Ada hubungan dekat antara jari-jari kiri dan kanan dengan otak kiri dan kanan”. Tulisan-tulisan ilmiah dan teori yang dibuat oleh beliau juga dapat ditemukan dalam ranah akademis lainnya.
  • Tahun 1981, Prof Roger W Sperry (The Father of Dermatoglyphics) dan rekan-rekan sepenelitiannya dianugerahi hadiah nobel untuk kategori biologi atas kontribusi mereka dalam menemukan fungsi otak kanan dan otak kiri, sebaik teori dual-brain. Penelitian tentang otak memasuki masa puncaknya pada periode ini. Pada saat yang sama, penelitian ini juga digunakan secara luas oleh para ilmuwan dari berbagai bidang ilmu pengetahuan lainnya.
Setelahnya,   karena   perkembangan  yang  terus  menerus   terjadi   dengan   pesatnya,  dari  bidang keilmuan  genetika,  ilmu  mengenai  'tabiat' dan 'perilaku', maka metode pengajaran yang didasarkan pada  Potensi  dan  Bakat  menjadi  lebih  dihargai  dengan  adanya  kesamaan  dalam  hal Genetika, Perkembangan  Intelektual,  dan  Pola  Perilaku.
  • Prof. Roger Lin (Lin Ruei Bin) seorang Psikolog asal China bersama seorang kawan dekatnya DR. Chen  (Dosen di Harvard University) sejak tahun 1992 melakukan penelitian terkait studi Dermatoglyphics, dan mereka menciptakan suatu komputer Software-Dermatoglyphics dengan teknology decoding generasi pertama yang pada tahun 2008 telah dipatenkan pada lembaga paten dunia terpercaya; US PATENT AND TRADEMARK OFFICE, USA, (Patent Number: US7,406,186B2) dengan Brand MyDNA™.
Dan hingga kini, software tersebut telah diaplikasikan dan berkembang luas di banyak negara-negara Asia, khususnya yang dipergunakan di dalam pengembangan Potensi Individu, mengarahkan Pendidikan, serta perekrutan SDM pada perusahaan-perusahaan.

Comments

Popular posts from this blog

Pengenalan Sidik Jari

Tes Sidik Jari